Eropa Warning Pesawat Jangan Terbang di Wilayah Rusia

Serpihan pesawat penumpang Azerbaijan Airlines di lokasi kecelakaan dekat kota Aktau, Kazakhstan, Rabu (25/12/2024). (Kazakhstan Emergencies Ministry/Handout via REUTERS)

Badan Keselamatan Penerbangan Uni Eropa (EASA) mengeluarkan peringatan baru terhadap maskapai penerbangan non-Eropa. Badan ini memperingatkan untuk tidak terbang di wilayah udara Rusia bagian barat.

EASA mengatakan adanya resiko pesawat non-Eropa menjadi sasaran sistem pertahanan udara Moskow secara tidak sengaja, terkenal roket atau rudal. Badan ini memberikan contoh kecelakaan pesawat Azerbaijan Airlines bulan lalu di Kazakhstan, setelah pertahanan udara Rusia menembaki pesawat nirawak Ukraina, membuat 38 orang tewas.

“Konflik yang sedang berlangsung setelah invasi Rusia ke Ukraina menimbulkan risiko pesawat sipil menjadi sasaran secara tidak sengaja di wilayah udara Federasi Rusia karena kemungkinan kekurangan koordinasi sipil-militer, dan potensi kesalahan identifikasi,” kata EASA, seperti dikutip Reuters pada Jumat (10/1/2025).

“EASA merekomendasikan untuk tidak beroperasi di wilayah udara Federasi Rusia yang terkena dampak yang terletak di sebelah barat garis bujur 60 derajat Timur di semua ketinggian dan level penerbangan,” tambahnya.

Peringatan itu ditujukan untuk operator negara ketiga yang diberi wewenang oleh EASA. Mengingat wilayah udara Rusia telah ditutup untuk maskapai penerbangan Uni Eropa sejak blok tersebut memberlakukan sanksi terkait Ukraina yang menargetkan sektor penerbangan Rusia.

Empat sumber yang mengetahui temuan awal investigasi Azerbaijan mengatakan kepada bahwa pertahanan udara Rusia secara keliru menembak jatuh pesawat itu. Penumpang mengatakan mereka mendengar suara ledakan keras di luar pesawat.

Presiden Vladimir Putin sebelumnya telah meminta maaf kepada pemimpin Azerbaijan atas insiden tersebut. Meskipun pernyataan Kremlin tidak mengatakan Rusia telah menembak jatuh pesawat itu, hanya mencatat bahwa kasus pidana telah dibuka.

https://takingnotespodcast.com/

RI Masuk BRICS, Bahlil Ungkap Kemungkinan RI Cari Minyak Rusia

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia usai Rapat Terbatas dengan Presiden Prabowo Subianto, di Istana Negara, Jakarta, Jumat (13/12/2024). (CNBC Indonesia/Emir Yanwardhana)

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) buka suara perihal bergabungnya Indonesia dalam BRICS Brasil, Rusia, India, China, Afrika Selatan). Menurutnya, ini menjadi peluang baru untuk Indonesia untuk memperluas kerjasama khususnya di sektor energi.

Menurut Bahlil, Indonesia adalah negara yang menganut azas politik yang bebas aktif, sehingga bisa bergabung dengan organisasi dunia lainnya.

“Saya ingin menyatakan begini ya, Indonesia itu kan menganut asas politik bebas aktif. Artinya, semua peluang yang menguntungkan Indonesia, baik bergabung dengan BRICS maupun dengan ODC, itu saya pikir nggak ada masalah,”katanya saat ditemui di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (10/1/2025).

Khusus menjawab pertanyaan perihal terbukanya peluang Indonesia untuk membeli minyak mentah dari Rusia setelah bergabung dengan BRICS, Bahlil bilang hal itu sah-sah saja selama tidak menyalahi aturan RI.

Termasuk ketika kita bangun dengan BRICS, dan kemudian ada peluang untuk kita mendapatkan minyak dari Rusia, selama itu sesuai aturan, dan tidak ada persoalan kenapa tidak,” jelasnya.

Memang selama ini Indonesia banyak mengimpor minyak dari negara di Timur Tengah yang dinilainya juga bisa berasal dari Rusia.

“Ya, jujur-jujur saja. Oh, selama ini juga kita impor minyak dari Timur Tengah itu? Mungkin saja, mungkin saja. Asalnya mungkin dari sana, tapi belum pasti ya,” tambahnya.

Sebagaimana diketahui, pengumuman diterimanya Indonesia masuk ke dalam BRICS disampaikan oleh pemegang Presidensi BRICS saat ini, yakni Brazil.

BRICS didirikan pada 2009 oleh Brazil, Rusia, India, China, dan South Africa (Afrika Selatan/Afsel). Dengan bergabungnya RI, BRICS memiliki 11 anggota, yakni Iran, Mesir, Ethiopia, Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA). Sementara mitra BRICS saat ini adalah Turki, Aljazair, Belarusia, Kuba, Bolivia, Malaysia, Uzbekistan, Kazakhstan, Thailand, Vietnam, Nigeria dan Uganda.

https://gicomusic.com/

Bea Cukai Blak-blakan Bakal Cuma Bisa Andalkan Sawit, Apa Penyebabnya?

Pekerja berlumuran minyak kelapa sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO) dari Kalimantan saat bongkar muat di Kapal Kencana 89 di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Direktorat Bea dan Cukai Kementerian Keuangan (Kemenkeu) hanya akan mengandalkan pungutan bea keluar dari ekspor produk kelapa sawit pada 2025, setelah ekspor konsentrat tembaga ditutup keran ekspornya oleh Kementerian ESDM melalui Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Nomor 06/2024.

Tak heran target setoran bea keluar pun turun drastis dalam APBN 2025 dibanding APBN 2024. Dikutip dari Peraturan Presiden Nomor 201 Tahun 2024 target pendapatan bea keluar dalam APBN 2025 hanya senilai Rp 4,47 triliun, sedangkan dalam Perpres Nomor 76/2023, target bea keluar dalam APBN 2024 mencapai 17,52 triliun.

Direktur Penerimaan dan Perencanaan Strategis DJBC M. Aflah Farobi sebetulnya porsi penerimaan ekspor dari konsentrat tembaga memang sangat besar dalam total penerimaan bea keluar sepanjang 2024 yang senilai Rp 20,8 triliun, dengan nilai sekitar Rp 11 triliun, sisanya berasal dari produk sawit yang sebesar Rp 9,6 triliun.

“2024 kita bea keluar memang target Rp 17 triliun, dan kita bisa dapat Rp 20,8 triliun, dan komposisinya dari itu tadi sebenarnya yang tembaga sekitar Rp 11 triliun lebih dikit dan yang sawit itu sekitar Rp 9,6 triliunan lah untuk bea keluar,” tuturnya saat konferensi pers di Kantor Pusat DJBC, Jakarta, Jumat (10/1/2025).

Pelarangan ekspor konsentrat tembaga ini pun yang kata Aflah membuat pemerintah menargetkan penerimaan bea keluar hanya Rp 4,47 triliun. Sebab, penerimaan bea keluar hanya bisa mengandalkan dari ekspor produk sawit.

“Memang sampai sekarang masih berlaku ketentuan larangan ekspor mineral, jadi berdasarkan hal tersebut 2025 pemerintah ditargetkan untuk bea keluar hanya Rp 4,5 triliun, ini tentu sumbernya hanya dari sawit,” tegas Aflah.

Aflah mengakui, bila mengandalkan ekspor sawit untuk mengejar target penerimaan bea keluar memang sebetulnya masih sulit, sebab produksi sawit pada 2024 saja di bawah target pemerintah yang sebesar 39 juta ton, yakni hanya 36 juta ton.

“Jadi, kira-kira gambarnya kayak gitu, nah nanti kira-kira dapatnya berapa itu tergantung dari harga CPO di pasaran,” paparnya.

https://freeebay.net/

RI Berencana Ubah Batu Bara Jadi Bahan Baku Baterai EV

Sejumlah perahu tongkang batu bara melintas di Sungai Mahakam, Kota Samarinda, Kalimantan Timur, Rabu (24/7/2024). Sungai Mahakam berfungsi sebagai jalur pengangkutan batu bara. Setiap hari di sungai ini dipadati tongkang yang membawa muatan batu bara. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Holding BUMN Industri Pertambangan MIND ID melalui anak usahanya PT Bukit Asam Tbk (PTBA) berencana melakukan hilirisasi batu bara menjadi grafit sintetik-komponen baterai kendaraan listrik (Electric Vehicle/EV).

“Saat ini masih dalam tahapan prototyping di laboratorium, tapi synthetic graphite itu sudah dimungkinkan,” ucap Direktur Utama MIND ID Hendi Prio Santoso dalam acara MINDialogue Hilirisasi dan Industrialisasi Strategi Kunci Menuju Indonesia Emas 2045, dikutip Jumat (10/1/2025).

Detailnya, Direktur Portofolio dan Pengembangan Usaha MIND ID, Dilo Seno Widagdo bilang, sejatinya ada dua jenis baterai kendaraan listrik, yakni yang menggunakan komponen LFP (Lithium Ferro Phosphate) dan NMC (Nickel Mangan Cobalt).

Nah, baterai kendaraan listrik dengan komponen NMC tersebut, lanjut Dilo, menggunakan anoda yang berasal dari grafit alam. Sedangkan, saat ini Indonesia masih belum memiliki grafit alam untuk anodanya.

Untuk bisa menggantikan peran grafit alam dalam anoda baterai kendaraan listrik NMC, bisa dilakukan dengan memanfaatkan grafit sintetik. Grafit sintetik yang saat ini tengah diusahakan oleh pihaknya adalah melalui hilirisasi batu bara yang dikelola oleh PT Bukit Asam Tbk (PTBA) sebagai anggota usaha MIND ID.

“Nah, kita buat sama Bukit Asam itu bahwa batu bara itu bisa dijadikan synthetic graphite Jadi nanti kita nggak harus pake anodanya itu pakai grafit, tapi kita bisa pake batubara yang kita synthetic graphite kan. Nah ini sekarang kita sudah punya prototyping baterai yang kita kerja sama-sama BRIN Kita kasih nama BA-ARIN Itu sudah yang tipe 18650 kita sudah coba,” jelasnya di sela acara, dikutip Jumat (10/1/2025).

Maka dari itu, pihaknya sedang meningkatkan kemampuan teknologi untuk bisa membuat grafit sintetik tersebut. Tak cuma itu, perusahaan juga sedang menjajaki kerja sama dengan perusahaan baterai kendaraan listrik asal China yakni CATL.

“Dan kita juga sudah kerja sama, udah buka komunikasi sama CATL Kalau ini bisa kita buat, CATL nanti buat katodanya, tapi anodanya nanti bisa dari kita,” tambahnya.

Walaupun begitu, Dilo tidak menampik bahwa progresnya masih memerlukan peningkatan. Dengan meningkatkan aspek teknologi dan kesiapannya, Dilo yakin produk grafit sintetik yang dihasilkan bisa menjadi lebih baik.

https://crazyforliberty.com/

Heboh ‘Pagar’ Laut di Utara Tangerang, Begini Duduk Perkaranya

Penampakan Pagar Laut 30,16 Km di Laut Tangerang, Kamis (9/1/2025). (Dok. KKP)

Keberadaan “pagar laut” sepanjang sekitar 30 km km di Pesisir Utara Tangerang tengah menimbulkan kehebohan.

Terkait hal itu, Agung Sedayu Group pun mengeluarkan pernyataan klarifikasi.

Dalam keterangan resmi, Jumat (10/1/2025), Agung Sedayu Group menyatakan, informasi tentang “pagar laut” tersebut tidak benar.

“Berdasarkan hasil pengecekan langsung di lapangan, ternyata yang ada hanyalah tanggul laut sederhana yang terbuat dari bambu,” tulis Agung Sedayu Group.

“Tanggul bambu tersebut merupakan hasil inisiatif dan swadaya masyarakat setempat yang bertujuan untuk memecah ombak dan mengurangi dampak abrasi, serta akan dimanfaatkan masyarakat sebagai tambak ikan di sekitar area tanggul untuk keberlanjutan ekonomi,” lanjut Agung Sedayu Group.

Lebih lanjut disebutkan, pemasangan tanggul-tanggul bambu di tepian pesisir, yang jaraknya sekitar 500 meter dari kawasan pesisir pantai tidak mengganggu aktivitas nelayan yang mencari ikan di tengah laut.

Sebaliknya, seperti disebutkan Agung Sedayu Group, yang menjadi kendala adalah bagan-bagan apung yang banyak dipasang di tengah laut, karena menghambat jalur nelayan dalam mencari ikan. Bagan-bagan apung tersebut belum mendapat perhatian serius dari pemerintah untuk ditertibkan.

“Sehubungan dengan hal tersebut, kami meminta kepada pemerintah dan seluruh media nasional untuk meluruskan informasi terkait berita “pagar laut” yang tidak sesuai dengan fakta. Karena yang ditemukan adalah tanggul laut biasa yang terbuat dari bambu, untuk memecah ombak dan akan dimanfaatkan masyarakat sebagai tambak ikan di sekitar tanggul,” tegas Agung Sedayu Group.

“Menghindari penyebaran berita yang tidak akurat dan cenderung mencari sensasi tanpa dasar yang jelas, membuat permainan kata-kata “pagar laut” seolah-olah terjadi pemagaran laut atau pengambilalihan wilayah laut, yang secara logika tidak mungkin dilakukan karena penelusuran di lapangan hanya berupa tanggul bambu biasa yang dapat dirobohkan,” tulis Agung Sedayu Group.

https://eleanor-lyons.com/

Fakta Menyeramkan Ledakan Megathrust Selat Sunda ke Jakarta & Banten

Ilustrasi Selat Sunda. (Dok. Google Maps)

Peneliti dari Pusat Riset Kebencanaan Geologi, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Nuraini Rahma Hanifa mengajak kepada seluruh masyarakat untuk lebih waspada terhadap potensi bencana yang bisa datang kapan saja. Rahma menegaskan, potensi bencana dalam bentuk gempa megathrust di wilayah selatan Jawa bisa saja terjadi dan dapat memicu tsunami dengan skala serupa di Aceh.

Hal ini perlu mendapat perhatian serius dari para pemangku kepentingan dan masyarakat luas agar dapat melakukan mitigasi risiko dampak bencana dengan cermat. Rahma menyebutkan bahwa berdasarkan hasil risetnya, segmen megathrust di selatan Jawa, termasuk Selat Sunda, menyimpan energi tektonik yang signifikan dan berpotensi melepaskan gempa berkekuatan magnitudo 8,7 hingga 9,1.

“Potensi megathrust ini dapat memicu goncangan gempa yang besar dan tsunami, yang menjalar melalui Selat Sunda hingga ke Jakarta dengan waktu tiba sekitar 2,5 jam,” ungkap Rahma dalam keterangannya dikutip dari website BRIN, Jumat (9/1/2025).

Menurut simulasi yang telah dilakukan BRIN bersama tim peneliti dari berbagai institusi, jika tsunami terjadi, ketinggian gelombang diperkirakan dapat mencapai 20 meter di pesisir selatan Jawa, 3-15 meter di Selat Sunda, dan sekitar 1,8 meter di pesisir utara Jakarta. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa fenomena serupa pernah terjadi dalam sejarah, seperti tsunami Pangandaran 2006 yang dipicu oleh marine landslide di dekat Nusa Kambangan.

“Energi yang terkunci di zona subduksi selatan Jawa terus bertambah seiring waktu. Jika dilepaskan sekaligus, goncangan akan memicu tsunami tinggi yang bisa berdampak luas, tidak hanya di selatan Jawa tetapi juga di wilayah pesisir lainnya,” tambahnya.

Untuk itulah, BRIN menekankan pentingnya mitigasi melalui pendekatan struktural dan non-struktural. Pendekatan struktural meliputi pembangunan tanggul penahan tsunami, pemecah ombak, serta penataan ruang di kawasan pesisir dengan memperhatikan jarak aman 250 meter dari bibir pantai.

“Pembangunan hutan pesisir atau vegetasi alami seperti pandan laut dan mangrove juga menjadi solusi berbasis ekosistem untuk meredam energi gelombang tsunami,” jelas Rahma.

Sementara itu, pendekatan non-struktural melibatkan kesiapsiagaan masyarakat melalui edukasi mitigasi bencana, pelatihan simulasi evakuasi, serta penyediaan jalur dan lokasi evakuasi yang memadai.

“Kita harus memastikan bahwa masyarakat memiliki pemahaman tentang potensi bahaya tsunami, sistem peringatan dini yang efektif, serta kemampuan merespons dengan cepat,” ujarnya.

Sedangkan untuk daerah perkotaan seperti Jakarta, yang memiliki kepadatan penduduk tinggi dan sedimen tanah yang rentan mengamplifikasi goncangan, upaya mitigasi gempa juga mencakup retrofitting atau penguatan struktur bangunan.

Retrofitting sangat penting, terutama untuk bangunan di kawasan padat penduduk, karena goncangan kuat berpotensi menyebabkan kerusakan masif dan korban jiwa,” tambahnya.

Sedangkan untuk kawasan industri seperti Cilegon, potensi gempa juga dikhawatirkan dapat memicu kebakaran akibat kebocoran bahan bakar atau bahan kimia di pabrik-pabrik besar. Hal ini menjadi salah satu secondary hazard yang perlu diantisipasi melalui penerapan standar keamanan yang ketat.

Rahma menambahkan, melalui penelitian paleotsunami, BRIN menemukan bahwa gempa megathrust di selatan Jawa memiliki periode ulang sekitar 400-600 tahun. Dengan kejadian terakhir diperkirakan pada 1699, energi yang tersimpan saat ini telah mencapai titik kritis.

“Bencana seperti tsunami Aceh mengajarkan kita bahwa kesiapsiagaan dan mitigasi bencana adalah kunci untuk menyelamatkan nyawa,” tegas dia.

Sebagai upaya mitigasi kebencanaan, BRIN terus bekerja sama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), BMKG, dan institusi terkait lainnya untuk memperkuat sistem peringatan dini tsunami, khususnya di Selat Sunda dan wilayah selatan Jawa.

Menurut Rahma, peringatan 20 tahun tsunami Aceh menjadi momentum untuk meningkatkan kesadaran akan potensi bencana serupa di masa depan. Dengan dukungan riset dan teknologi, BRIN berharap mitigasi bencana dapat dilakukan lebih sistematis dan efektif.

Dengan langkah-langkah mitigasi yang komprehensif, diharapkan Indonesia siap menghadapi potensi gempa megathrust dan tsunami di masa mendatang, serta meminimalkan dampak kerusakan dan kerugian yang ditimbulkan.

“Kita tidak bisa memprediksi kapan gempa akan terjadi, tetapi kita dapat mempersiapkan diri. Adaptasi, edukasi, dan kolaborasi adalah kunci untuk mengurangi risiko bencana,” pungkas Rahma.

https://tegobe.com/

Mirip Megathrust, Ledakan Supervolcano RI Bikin Tsunami-Gempa Dahsyat

Danau Toba (Dok Kementerian PUPR)

Berada di pertemuan lempeng tektonik membuat Indonesia sangat rawan bencana alam, termasuk ledakan gempa besar alias megathrust. Sejauh ini, tidak ada satupun teknologi yang bisa memprediksi bencana tersebut. Maka, cara terbaik yang bisa dilakukan adalah belajar berdamai dengan alam sebab kita sulit mengelak dari aktivitas tektonik.

Sejarah mencatat berbagai aktivitas tektonik di dunia banyak berlokasi di Indonesia. Tak heran jika pemerintah kini bersiap menghadapi resiko bencana yang semakin tinggi. Salah satu bencana terbesar dunia yang bertitik pusat di Indonesia adalah letusan supervolcano Toba 74.000 tahun lalu.

Kini, orang melihat Toba sebagai danau terbesar dan terdalam di Asia Tenggara. Namun, belum banyak orang tahu di balik keindahan ternyata Toba sebenarnya adalah kaldera gunung api. Akibat terisi air, kaldera berubah menjadi danau.

Ketika meletus pada 74.000 tahun lalu, Gunung Toba memuntahkan 2.800 km3 material dan menewaskan 90% penduduk bumi masa pra-sejarah. Angka ini jauh lebih besar dibanding erupsi Gunung Tambora (1815) dan erupsi Gunung Krakatau (1883). Kedua erupsi gunung ini terekam dalam benak manusia. Namun, erupsi Toba tidak.

Saat Toba meletus belum ada banyak manusia, sehingga tak ada kesaksian tertulis terkaitnya. Meski begitu, kita bisa membayangkan dahsyatnya letusan dari jejak-jejak tektonik dan vulkanik Toba yang tersebar di seluruh dunia.

Dalam riset “Supererupsi Toba 74.000 tahun lalu” (2013) diketahui, ketika Toba meletus, gunung itu memuntahkan 4.000.000 km2 abu vulkanik. Lalu, menghasilkan gempa besar setara 0,42 juta megaton TNT atau setara 21 juta kali bom atom Hiroshima.

Lautan praktis terdampak getaran gempa, sehingga menghasilkan gelombang tinggi yang kini dikenal sebagai tsunami. Para ilmuwan percaya, tsunami Toba lebih tinggi dibanding tsunami Aceh, yang disebut tsunami terparah sepanjang sejarah.

Lebih parah lagi, letusan Toba bisa terlihat di banyak kawasan dunia. Tercatat, di Samudera Hindia, Teluk Bengala, hampir seluruh Asia Selatan, China, dan Arab terdapat jejak endapan abu volkanik Toba. Hal ini bisa terjadi sebab letusan Toba berdurasi 9-14 hari dengan ketinggian 50-80 Km.

Selain menghasilkan tsunami besar dan abu vulkanik menutupi bumi, letusan ini juga mengganggu cuaca dan iklim. Ketika Toba meletus, abu halus dan aerosol dalam jumlah besar berada di atmosfer. Tercatat sampai 10 miliar ton aerosol di atmosfer. Dampaknya, sinar matahari tak bisa menembus abu, sehingga dunia mengalami penurunan 4oC.

Alhasil, musim dingin terjadi tiada henti selama 6-10 tahun. Ketika suhu menurun, praktis kehidupan dunia juga berubah. Tiada matahari, membuat fotosintesis tumbuhan tak berjalan, sehingga membuatnya gagal bertumbuh. Saat gagal, produksi makanan manusia turut terganggu yang kemudian berdampak pada degradasi populasi manusia.

Peneliti A. Gibbsons dalam “Pleistocene Population Explosions” (1993) menyebut, populasi manusia usai letusan Toba menurun drastis. Dari semula 100.000 individu berubah menjadi 10.000. Alias 90% manusia musnah.

Ketika ini terjadi, mereka yang masih hidup bermigrasi. Proses migrasi ini kemudian membuat ras modern manusia makin bervariasi yang hasilnya bisa dilihat pada keanekaragaman manusia saat.

Entah suatu “keberuntungan” atau tidak, letusan Toba terjadi ketika bumi masih sepi penghuni. Berbeda kasus dengan letusan Tambora dan Krakatau ketika manusia sudah banyak. Bisa dibayangkan, ketika Toba meletus di tahun 1800-an, berapa miliar orang yang sudah tewas.

Kini, Toba sudah tertidur lelap. Banyak ahli mengatakan Toba sudah tak bisa lagi aktif atau meletus. Meski begitu, matinya Toba seharusnya tak membuat kita abai terhadap aktivitas tektonik dan vulkanik.

Danau Toba menjadi bukti keganasan letusan tersebut. Danau ini terbentuk dari keberadaan kawah vulkanik akibat erupsi yang sangat besar disertai dengan runtuhnya batuan penyangga ke dalam dapur magma di dalam gunung. Ini kemudian disebut sebagai kaldera.

Catatan mengenai sejarah kebencanaan seharusnya membuat kita semakin waspada dan mengharuskan kita belajar berdamai dengan alam. Sebab, potensi gempa selalu ada dan manusia di atasnya tak bisa mengelak.

https://comptonhistory.com/

PDIP Duga Pernyataan Effendi Simbolon Sarankan Megawati Mundur adalah Hasil Pertemuan dengan Jokowi

PDIP Duga Pernyataan Effendi Simbolon Sarankan Megawati Mundur adalah Hasil Pertemuan dengan Jokowi

PDI Perjuangan (PDIP) menduga, pernyataan Effendi Simbolon yang menyarankan Megawati Soekarnoputri mundur dari jabatan Ketua Umum partai merupakan hasil pertemuannya dengan Joko Widodo (Jokowi) beberapa waktu lalu.

Hal itu diungkapkan Juru Bicara PDIP, Guntur Romli.

“Kami menduga pernyataan Effendi Simbolon merupakan hasil pertemuan dengan Jokowi beberapa waktu lalu di Solo dan kami semakin yakin ucapan Ibu Megawati tanggal 12 Desember ada yang mengawut-awut (mengacak-acak) partai,” ungkap Guntur kepada Tribunnews, Rabu (8/1/2025).

Guntur menilai, Effendi Simbolon tidak sepatutnya mengomentari PDIP lantaran bukan lagi kader partai.

Effendi Simbolon sudah dipecat dari PDI Perjuangan, maka tidak layak dan tidak etis mengomentari PDI Perjuangan.”

“Pernyataannya minta Ibu Megawati mundur adalah pernyataan kurang ajar,” tegasnya.

Adapun terkait perkembangan kasus Hasto Kristiyanto yang ditetapkan sebagai tersangka kasus suap Harun Masiku, Guntur menilai hal itu bermuatan politik.

“Kami semakin yakin penetapan tersangka kepada Sekjen PDI Perjuangan  merupakan ‘orderan politik’ dan sebagai pintu masuk untuk menekan Ibu Megawati mundur.”

https://panthanpress.com/

Alasan Trump Ingin AS Caplok Kanada-Greenland-Panama Pakai Militer

Presiden terpilih AS Donald Trump menghadiri peluncuran uji terbang keenam roket SpaceX Starship, di Brownsville, Texas, AS, 19 November 2024. (Brandon Bell/Pool via REUTERS)

Presiden terpilih Amerika Serikat (AS), Donald Trump, kembali membuat pernyataan yang kontroversial. Ia menyebut berencana untuk mengambil alih Kanada, Greenland, hingga kendali atas Terusan Panama.

Sejumlah pertanyaan timbul terkait mengapa Trump secara blak-blakan menyatakan niatnya untuk mengambil alih wilayah berdaulat itu, bahkan sempat mengancam dengan akan mengerahkan kekuatan militer. Trump sendiri sudah secara jelas membuat pernyataan yang meluruskan bahwa ia tidak akan melakukan hal ini lebih jauh.

Meski begitu, sejumlah analisis menyebut bahwa hal ini diprediksi tetap didalangi oleh visi ‘America First’ yang ditempatkan Trump selaku jangkar dari kebijakannya. Ini didasari oleh munculnya poros kekuatan baru yang telah berupaya melemahkan pengaruh Washington, yang dimotori negara-negara seperti China, Rusia, Venezuela, dan Iran.

Tidak mungkin Trump akan mendapatkan apa yang diinginkannya dengan Kanada, Panama, atau Greenland. Namun paling tidak, manuver Trump ini akan memberikan tekanan yang lebih kuat kepada negara-negara itu agar lebih mempertimbangkan kepentingan AS.

Jadi, strateginya ditujukan untuk mendapatkan kesepakatan yang lebih baik bagi AS. Contohnya adalah diskon untuk kapal-kapal Amerika yang melintasi jalur air utama antara Samudra Atlantik dan Pasifik.

Lalu, tekanan Trump ke Greenland dapat membuka akses Amerika yang lebih besar ke mineral tanah jarang di Greenland dan rute laut yang terungkap dengan mencairnya es kutub. Selain itu, rencana invasi ke Kanada dapat memicu kesepakatan perdagangan baru dengan yang mungkin menguntungkan produsen AS.

Namun, ancaman Trump tersebut merupakan salah satu alasan kebijakan luar negerinya, bahwa setiap negara harus secara agresif mengejar tujuan mereka secara sepihak dengan cara yang pasti akan menguntungkan negara-negara kuat dan kaya seperti AS.

“Sebagai presiden, saya telah menolak pendekatan yang gagal di masa lalu, dan saya dengan bangga mengutamakan Amerika, sebagaimana Anda seharusnya mengutamakan negara Anda. Tidak apa-apa, itulah yang seharusnya Anda lakukan,” kata Trump kepada Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada 2020.

Ini adalah doktrin yang diambil dari kehidupan Trump yang selalu berusaha menjadi orang paling agresif di setiap ruangan dalam mengejar ‘kemenangan’ atas lawan yang lebih lemah. Hal ini menjelaskan pernyataannya bahwa Denmark harus menyerahkan Greenland. Jika tidak, Trump berkata, “Saya akan mengenakan tarif yang sangat tinggi kepada Denmark.”

Pendekatan Trump yang keras juga menjelaskan mengapa ia melihat sedikit perbedaan antara sekutu dan musuh AS. Ia, misalnya, mengeluh pada hari Selasa bahwa Kanada, teman geografis terdekat Amerika, menumpang dari payung pertahanan AS dan karenanya harus menjadi bagian dari Negeri Paman Sam daripada bangsa.

Mengirim pasukan untuk merebut Terusan Panama atau Greenland mungkin bertentangan dengan peringatan kampanye Trump bahwa AS harus menghindari keterlibatan asing baru. Namun, hal itu merupakan contoh ideologi ‘America First’.

“Mundurnya Trump dari dunia lama pada masa jabatan kedua dapat digantikan oleh kontinentalisme yang mungkin menggantikan globalisme,” kata Hal Brands, seorang profesor urusan global di Johns Hopkins School of Advanced International Studies, dalam Foreign Affairs Mei lalu.

Trump mencirikan keputusan AS untuk menyerahkan Terusan Panama pada tahun 1999 berdasarkan perjanjian yang ditandatangani oleh Jimmy Carter sebagai kebodohan. Ia mengklaim secara keliru bahwa kapal-kapal Amerika didiskriminasi dalam biaya transit dan bahwa China, bukan Panama, yang mengoperasikan jalur air tersebut.

“Kami memberikan Terusan Panama ke Panama. Kami tidak memberikannya ke China, dan mereka telah menyalahgunakannya,” kata Trump tepat sebelum jenazah Carter tiba di Washington sebelum pemakaman kenegaraan pada Kamis (9/1/2025).

Marco Rubio, senator yang dipilih Trump untuk menjabat sebagai Menteri Luar Negeri, memiliki pandangan yang sama dengan bos barunya dalam urusan hemisferik. Senator Florida itu mengatakan pada 2022 lalu bahwa China menggunakan pengaruh ekonomi dengan cara yang merugikan ekonomi regional dan memperkuat kartel yang mengekspor fentanil ke AS.

“Mereka melakukan ini karena mereka tahu bahwa kekacauan di Amerika Latin dan Karibia akan sangat merugikan kita, membuat kita tidak stabil, yang mereka pandang sebagai saingan utama dan utama mereka,” kata Rubio.

“Kita tidak bisa membiarkan Partai Komunis China memperluas pengaruhnya dan menyerap Amerika Latin dan Karibia ke dalam blok politik-ekonomi swasta.”

https://beatsbysarz.com/

Komunitas berbagi Joli Jolan, inisiatif ‘perlawanan’ terhadap konsumerisme dan kondisi perkotaan di Solo

Komunitas Joli Jolan

Menik Mutinah, perempuan berusia 57 tahun asal di Simo, Boyolali—yang berjarak hampir satu jam perjalanan ke Solo—adalah salah satu dari mereka yang menanti dengan sabar.

Ia rela jauh-jauh berangkat dari Simo yang berjarak sekitar 29 kilometer dengan naik angkutan umum untuk menyambangi rumah yang menjadi markas Ruang Solidaritas Joli Jolan.

Nama Joli Jolan diambil dari bahasa Jawa, yakni ijol-ijolan atau tukar menukar.

Saban Sabtu, komunitas itu menyulap pelataran rumah itu menyerupai galeri yang dipenuhi dengan barang-barang bekas, mulai dari pakaian, sepatu, sandal, mainan hingga buku.

Ini adalah pertama kalinya Menik menyambangi markas komunitas yang bergerak di bidang sosial untuk berbagi pakaian bekas dan barang-barang bekas secara cuma-cuma itu setelah mendapat informasi dari temannya.

Rencana untuk berangkat ke Solo naik bus dari Simo telah direncanakan sejak beberapa waktu lalu, namun rencana itu baru terlaksana Sabtu (23/11).

Dengan sigap, Menik dan pengunjung lainnya langsung berlari memilih pakaian bekas yang dipajang di sejumlah gantungan baju.

Di pelataran markas Joli Jolan yang disulap bak pasar itu, tak hanya ada pakaian bekas seperti baju, celana dan jaket, tapi juga mainan, sandal dan sepatu, hingga buku-buku bacaan bekas.

Menik kemudian melihat dari dekat baju-baju bekas yang dipajang di gantungan yang mirip etalase itu. Satu per satu baju diperiksa dengan teliti.

Setelah hampir satu jam memilah baju bekas, dia akhirnya mendapatkan tiga potong pakaian. Ia tak mengeluarkan uang sepeser pun untuk tiga potong baju bekas itu.

“Tadi ngambil kaus, rok, baju koko. Nanti kalau manfaat untuk saya, Kalau enggak, seandainya saudara yang mau ya dikasihkan,” ujar Menik usai berkunjung ke Ruang Solidaritas Joli Jolan di Solo, Sabtu (23/11).

Menik tak perlu mengeluarkan uang sepeser pun sebab baju-baju bekas itu tersedia dengan cuma-cuma. Ia hanya perlu mendaftarkan dirinya sebagai anggota komunitas Joli Jolan.

Bagi Menik, keberadaan komunitas Joli Jolan yang membagikan baju bekas layak pakai secara gratis kepada warga yang tak mampu ini patut diapresiasi.

“Saya ikut bersyukur juga ternyata di saat seperti ini masih ada yang peduli dengan sekitarnya yang membutuhkan,” ujar Menik.

“Tapi untuk donasi, saya sendiri belum mampu karena saya masih membutuhkan,” ucapnya.

Berbeda dengan Menik, Dyah Pujiastuti telah berulang kali menyambangi Ruang Solidaritas Joli Jolan.

https://brcapitals.com/